RESUME SISTEM POLITIK MASA DAULAH FATHIMIYAH
Tahun
909 M muncul sebuah dinasti baru yang bernama Fathimiyah di Tunisia. Gerakan
baru ini awalnya adalah gerakan bawah tanah. Mereka mengambil dukungan
masyarakat dengan mengorasikan bahwa mereka adalah keturunan Fathimah putri
Rasul dan Istri dari Ali bin Abi Thalib. Mereka juga mengklaim bahwa hanya
mereka yang paling berhak menjadi Khalifah dari pada Bani Abas yang pada saat
itu sedang berkuasa.
Dinasti
ini menganut paham Syi’ah Itsna Asyariyah yang di sebut dengan Syiah Isma’iliyah.
Dari pusat gerakannya di Yaman mereka masuk ke Afrika Utara dan mengalahkan
dinasti-dinasti yang ada di daerah itu. Setelah melalui perjalanan politik yang
panjang akhirnya pada tahun 969 M, panglima perang Jauhar Assiqilliu berhasil
masuk ke Mesir dan tahun 937 M Kota Cairo ini di jadikan pusat pemerintahan
Fathimiyah.
Setelah
Mesir sudah menjadi pusat pemerintahan Fathimiyah, al-Mu’iz (khalifah keempat) mulai menata sistem pemerintahannya dengan
membagi wilayah profinsi menjadi sejumlah distrik dan mempercayakannya kepada
pejabat-pejabat yang cakap. Dalam mempertahankan kekuasaan al-Mu’iz berusaha
untuk mendekatkan diri dengan berbagai lapisan masyarakat. Ia mengambil simpati
dan menampakan sikap toleransi yang besar di semua kalangan masyarakat dari
lawan politiknya hingga dengan masyarakat nonmuslim sekalipun, hal ini dapat
dilihat dari pengangkatan pejabat pemerintahan bagi yang mampu walaupun beda
akhidah, seperti pemeluk yahudi bernama Ibnu Khillis dan Asyuq di angkat sebagai pejabat pengumpul
pajak pertahanan.
Pada
masa al-Mu’iz ini Fathimiyah menunjukan perkembangannya, seluruh masyarakat
yang berada di bawah kekuasaannya merasakan kedamaian dan kesejateran sehingga
dinasti kecil ini menjadi imperium besar. Pada pemerintahan al-Aziz, dinasti
Fathimiyah mulai mencapai puncak kejayaannya Ia menguasai daerah-daerah yang
terdapat di Negeri Arab disebelah Timur sampai ketepi laut Atlantik di sebelah
Barat Asia Kecil di sebelah Utara bahkan sampai Kenaubah di sebelah Selatan.
Sistem
Politik dan Struktur Pemerintahan al-Aziz
ialah
Membagi kekuasaan atas pemerintah pusat dan daerah yaitu dengan adanya
Dewan yang bertanggung jawab tentang Pemasukan dan Pengeluaran Tata Kekuasaan Negara,
Adanya Dewan yang Mengurus Pemerintahan Daerah dan adanya juga Dewan Jihat,
dimana dewan tersebut bertanggung jawab
atas perancangan kapal dan alat perang.
Pada
masa pemerintahan al-Azis, telah nampak kemajuan di bidang ekonomi dalam
segalah sector seperti sector industry,(adanya usaha kerajinan tenun, mengukir,
dan menyulam dalam beberapa model dan jenis, produk permadani, menjahit
pakaian, bahkan membuat plana kuda), ada
juga kerajinan logam dengan membuat hiasan yang terbuat dari perak.
Kemajuan
disector pertaniyan didukung letak geografis dan tanahnya yang sumbur
mengahasilkan panen yang sangat besar mulai dari gandum, tebuh , buah-buhan,
kurma dan lain lain. Untuk menunjang kemajuan ini Dinasti Fathimiyah membentuk
instansi khusus yang menangani masalah pertaniyan.
Sejalan
dengan kemajuan di bidang sector industry dan pertaniyan, secara spontan sector
perdagangan tentu akan mengalami kemajuan pula. Perdangangan berkembang di
dorong dengan adanya kebijakan pemerintah untuk mengekspor hasil perdangangan
tersebut kesegalah penjuruh baik India, Italia dan negara-negara lain.
Kemajuan-kemajuan
tersebut tidak lepas dari peran kebijakan para Khalifah untuk mengembangkan
Ilmu Pengetahuan dan kultur. Dimana para khalifah Fathimiyah melakukan
pembangunan lembaga-lembaga pendidikan seperti
Daara al- Himah atau Daara-Ulm
(wisma kebijakan atau wisma ilmu) yaitu bagian salah satu Istanah yang
dijadikan ruang perpustakan dan ruang pertemuan para ilmuan. Masa khalifah al-Hakim,
ia membangun sebuah Darul Hikmah yang berfungsi sebagai Akademik sejajar dengan
di lembaga di Cordova dan Baghdad, dilengkapi dengan perpustakan Dar al-Ulum
yang diisi oleh bermacam-macam Ilmu dan Mesjid al-Azhar yang di bangun
diawal-awal penaklukan juga di fungsikan menjadi sebuah Universitas masa
Khalifa al-Aziz.
Kebijakan
pemerintahan untuk pengembangan Ilmu
pengetahuan masa Dinasti Fathimiyah menguntungkan segalah aspek seperti
mudahnya menyebarkan paham-paham Syi’ah di kalangan masyarakat namun di segi
lain kesejateraan masyarakatpun terjamin dimana terciptanya suatu kondisi yang
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi masyarakat. Kemajuan-kemajuan ini tentu
berpengaruh terhadap stabilitas politik dan pemerintahan. Dengan adanya
kemajuan-kemajuan di segalah aspek tentu memudahkan lembaga-lembaga militer
dalam melakukan ekspansi-ekspansi ke wilayah lain. Kerena keilmuan merupakan salah satu factor yang sangat
menentukan tumbuh dan berkembangnya sebuah negara. Kemajuan-keamajuan yang di
rasakan oleh semua kalangan masyarakat ini tentu menguatkan posisi pejabat
negara tersebut, karena khalifah tersebut mendapat dukungan rakyat dengan
masyarakat memberikan kekuasaan terhadap pemerintah dalam menjalankan sebuah
negara.
Penyebab
kemunduran Dinasti Fathimiyah ialah khalifah-khalifah penerus dari Dinasti
Fathimiyah tidak memiliki toleransi terhadap kaum nonmuslim, sehingga kaum
nonmuslim mulai memberontak dan menimbulkan kekacauan di masyarakat. Dan
kahalifa-khalifah penerus tersebut kurang memperhatikan kesejateraan rakyatnya
karena khalifah-khalifah tersebut kurang memiliki integritas dan loyalitas
terhadap tugas khalifahnya banyak di antara mereka yang berfoya-foya tanpa
memperhatikan nasib rakyat, Sehingga menimbulkan persaingan politik antar
pejabat pemerintahan untuk mengwujudkan kepentingan dan cita-cita pribadi
masing-masing.
Fathimiyah
merupakan Khilafah beraliran syi’ah yang berkuasa di Mesir tahun 297/909 M
sampai 567/1171 M selama kurang lebih 262 tahun. Para penguasa yang pernah
berkuasa adalah:
1. Abu
Muhammad Abdullah (Ubaydillah) al-Mahdi bi'llah (909-934).
2. Abu
l-Qasim Muhammad al-Qa'im bi-Amr Allah bin al-Mahdi Ubaidillah (934-946).
3. Abu
Zahir Isma'il al-Mansur bi-llah (946-953).
4. Abu
Tamim Ma'add al-Mu'izz li-Dinillah (953-975).
5. Abu
Mansur Nizar al-'Aziz bi-llah (975-996).
6. Abu
'Ali al-Mansur al-Hakim bi-Amrullah (996-1021).
7. Abu'l-Hasan
'Ali al-Tahir li-I'zaz Dinillah (1021-1036).
8. Abu
Tamim Ma'add al-Mustanzir bi-llah (1036-1094)
9. al-Musta'li
bi-llah (1094-1101).
10. al-Amir
bi-Ahkamullah (1101-1130).
11. 'Abd
al-Majid al-Zafir (1130-1149).
12. al-Zafir
(1149-1154).
13. al-Fa'iz
(1154-1160).
14. al-'Adid
(1160-1171).
DAFTAR PUSTAKA
1. Lubis,
Arbiyah. Islam Di Abad Pertengahan.
Banda Aceh: Penah, 2008.
2. Sunanto,
Musyrifah. Sejarah Islam Klasik.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2003.
3. Wajdi
Ibrahim, Farid. Negara-Negara Syi’ah
Dalam Lintas Sejarah. Banda Aceh: Penah, 2009.
Banda Aceh, 30 April 2015
Putri Aulia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar